TGL AKSES(dd/mm/yyyy hh:mm:ss) | TEKNIK SEARCHING | HASIL |
02/11/2007 21:19:12 | +ilmu +broadcasting | Minggu, 08 Mei 2005 Jadi Wartawan Enak Nggak Sih? Pengen jadi wartawan? Boleh juga tuh. Gimana sih caranya biar jadi wartawan yang andal? Masih ingat cita-cita kamu ketika masih kecil? Kalau ditanya soal cita-cita, biasanya sih anak kecil punya jawaban klasik. Dokter, insinyur, atau pilot. Ada nggak sih yang menyebut ingin jadi wartawan? Padahal, menjadi wartawan juga sangat mengasyikkan lho. Mungkin, tak semua orang percaya bahwa menjadi wartawan itu menyenangkan. Tapi, Kak Najwa Shihab sudah membuktikannya. Kamu tahu kan Kak Najwa? Itu lho wartawan sekaligus penyiar di Metro TV. ”Jadi wartawan itu menyenangkan, karena setiap hari bisa ketemu orang-orang yang berbeda dan belajar hal-hal baru. Dengan begitu, ilmu dan wawasan kita pun bertambah. Pokoknya asyik dan nggak pernah bosan deh,” kata Kak Najwa yang sudah menjadi wartawan selama lima tahun. Untuk menjadi wartawan yang andal, menurut Kak Najwa, kamu juga tak mesti kuliah dulu di jurusan jurnalistik. ”Itu tidak mutlak, tapi akan lebih bagus kalau kamu belajar ilmu komunikasi khususnya jurnalistik.” Apa yang dikatakan Kak Najwa memang benar. Saat ini, banyak kok wartawan yang memiliki latar belakang pendidikan teknologi, hukum, sosiologi, kimia, fisika, pertanian, dan lain-lain. ”Tapi alangkah baiknya, kalau kamu juga belajar ilmu jurnalistik, dan untuk wartawan televisi, lebih baik ditambah dengan ilmu tentang kepenyiaran (broadcasting),” kata Kak Najwa yang ikut terjun meliput ke Aceh ketika terjadi bencana gempa dan tsunami, akhir tahun lalu. Selain itu, untuk menjadi wartawan yang andal, kamu juga mesti terus-menerus menambah ilmu dan wawasan dengan cara banyak membaca buku, surat kabar, mendengar radio, menonton televisi, dan aktif dalam kegiatan-kegiatan diskusi. Selain punya wawasan yang luas, seorang wartawan juga mesti memiliki rasa percaya diri yang tinggi, dan selalu berpikir kritis.Senang menjadi wartawan juga dirasakan oleh Kak Elba Damhuri, wartawan di surat kabar kesayangan kamu ini. Menjadi wartawan, menurut Kak Elba, membuatnya bisa bertemu banyak orang, dari latar belakang yang berbeda: dari mulai tukang sayur di pasar, sampai menteri yang memimpin departemen. Seperti halnya Kak Najwa, Kak Elba juga merasakan, wawasan dan pengetahuannya jadi bertambah luas. ”Dari yang tadinya nggak ngerti jadi ngerti, yang tadinya males baca, sekarang jadi ‘terpaksa’ harus baca. Saya juga harus mengikuti setiap isu dan peristiwa yang lagi heboh di masyarakat,” jelas Kak Elba yang merasa senang dapat ilmu dan wawasan tentang berbagai hal.http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=197006&kat_id=253&kat_id1=&kat_id2=21:19, Google, 02.11.2007 21:19:12 |
B. Informasi 2 : Wartawan Broadcasting
TGL AKSES(dd/mm/yyyy hh:mm:ss) | TEKNIK SEARCHING | HASIL |
02/11/2007 21:19:12 | +wartawan +broadcasting | Belajar jadi wartawan di sekolah Kalau menyimak penuturan Kak Najwa dan Kak Elba, kayaknya asyik bener ya menjadi wartawan. Kamu tertarik? Walau masih duduk di bangku SMP, bisa saja kamu mulai belajar menjadi wartawan. Lihat saja apa yang dilakukan teman-teman kamu di SMP, SMU, dan SMK Cakrabuana Depok. Di sekolah ini, para siswa bisa berlatih menjadi wartawan dan menuangkan karya jurnalistik mereka lewat majalah dinding atau mading. Serunya lagi, madingnya nggak cuma satu. Setiap kelas, membuat hasil karya kelasnya masing-masing. Isinya juga macam-macam. Ada puisi, cerpen, berita kegiatan kelas atau sekolah, fotografi sampai berita-berita gosip yang terjadi di sekolah. Ada juga gutingan-guntingan berita artis yang sedang jadi idola. Seru banget kan, ada kegiatan di sekolah yang kerjanya ala wartawan! Bisa investigasi masalah yang lagi tren, cari sumber untuk kasih komentar, dan membuat liputan pentas seni (Pensi). ”Rasanya seneng, puas, dan bangga banget kalau mading kita dibaca,” kata Maharany Nanulaitta, siswi kelas 1 SMK Cakrabuana yang aktif mengelola mading sejak SMP. Ia bertindak sebagai wartawan merangkap disain.Kata Maharany, bikin mading itu seru, tapi juga bikin deg-degan. ”Misalnya sudah deadline tapi kita belum selesai mengerjakan gara-gara banyak tugas dari guru,” kata siswi yang dikenal cukup kreatif dalam menulis ini. Pengalaman serunya mengelola mading semasa SMP membuat dia kini aktif mengelola mading SMK Cakrabuana Depok. Keseriusannya mengelola mading, membuat dia bercita-cita menjadi wartawan, terutama wartawan televisi. Untuk mewujudkan itu, ia pun serius dengan masuk ke sekolah kejuruan yakni di SMK Broadcasting Cakrabuana Depok.”Kayaknya asyik dan seru melihat wartawan cari berita. Siapa coba yang nggak senang bisa wawancara artis terkenal, menteri bahkan presiden. Itu juga yang membuat aku pengen sekali jadi wartawan khususnya wartawan teve.” Percaya nggak, kini Maharany sudah terjun langsung mencari berita sebagai wartawan teve bersama para wartawan senior di Depok. Kok bisa? Maharany dan sejumlah temannya sedang melakukan kegiatan praktik, yang hasilnya disiarkan di televisi komunitas sekolahnya yakni Cakrabuana Channel TV (CCTV). Oke banget kan? http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=197006&kat_id=253&kat_id1=&kat_id2= 21:19, Google, 02.11.2007 21:19:12 |
C. Informasi 3 :siaran broadcasitng
TGL AKSES(dd/mm/yyyy hh:mm:ss) | TEKNIK SEARCHING | HASIL |
02/11/2007 21:19:12 | +tips +broadcasting | Salam siaran dan selamat BerpuasaLanjutan dari apa yang abang tulis dalam post yang lepas, rasanya boleh sedikit lagi diberi ruang untuk berkongsi dengan anda. Harap tulisan ini tidak dianggap terlalu peribadi sehingga anda semua rasa terheret sama untuk mendengarnya. Ini sekadar luahan untuk yang sudi mendengar.Saat menunggu waktu berbuka puasa adalah antara detik yang amat ‘menyiksakan’ bagi kami yang bertugas di waktu tersebut. Bukan kerana lapar dan dahaga, tetapi mengira detik-detik yang berlalu tu terasa amat ‘mendebarkan’.Anda mungkin tak faham… Tidak mengapalah, biar abang cerita sikit. Begini, waktu sebelum waktu berbuka puasa tiba contohnya awal Ramadan yang pertama hari tu, waktu berbuka puasa bagi kami di JB ialah jam 07.06 mlm.Sebelum tepat waktu untuk mengudarakan azan Maghrib, ada beberapa ‘bahan’ yang kami perlu masukkan secara manual. Contohnya station Id, Lagu – Bulan Puasa Heaty Koes Endang, Promo Iklan, Opening kredit, barulah diudarakan SINAR RAMADAN untuk hari tersebut.Selepas tu disusuli Iklan Ramadan(15 ke 20 iklan dipakejkan), Bacaan ayat-ayat suci al-Quran dan seterusnya barulah tiba saat yng dinanti-nantikan iaitu bunyi siren dan beduk, suara kanak-kanak membaca doa berbuka puasa dan azam Maghrib. Sampai di situ legalah! Baru boleh makan dan minum. Tapi biasanya abang amik sedikit makanan dan terus solat Maghrib terlebih dahulu.Mengapa abang katakan lega… Ya apa tidaknya, semua yang abang senaraikan tadi mesti disiarkan mengikut turutan dan tepat masa. Tidak boleh ada yang tercepat atau terlambat. Semuanya harus tepat!. Anda yang mendengar mungkin tak perasan pun. tapi kami yang bertugas di konti seringkali berpeluh dalam aircon….hu..hu..Baiklah, berbalik kepada pengiraan masa tadi. Masa harus dikira dari azan Maghrib di tolak dengan kesemua bahan yang ada dalam pakej Ramadan tu, barulah kita tahu bila waktu sebenar untuk kita udarakan bahan pertama. Contohnya kalau sudah dikira semua bahan tu mengambil masa 24m 35 s, maka jam 7:06:00 harus ditolak 24m 35s. anda kiran sendiri bila harus bermula. Kalau tidak berhati-hati sudah pasti berlaku kesilapan. Katakan kalau tercepat, sudah pasti orang ramai akan berbuka awal sebelum masuk waktu. Puasa mereka mesti tak cukup syarat malah berdosa pula. Siapa nak tanggung!!Kalau terlambat pulak kita salah juga kerana melambat-lambatkan orang berbuka. Jadi mahu atau tidak semuanya perlu tepat masa. Itulah etika kerja orang radio. Maaflah kerana menulis perkara yang teknikal sedikit. Kalau anda sukar nak fahampun tidak mengapalah. Ianya tidak memberi apa-apa kesan terhadap apa yang anda dengar di radio. Tapi kalau anda faham, alhamdulillah! Sebenarnya ia amat berguna untuk belajar memanfaatkan waktu. Lihatlah berapa besar kesannya apabila kita bermain dengan waktu. Cepat seminit dan lambat seminit memberi implikasi yang cukup besar dalam kehidupan kita. Saat dan minit ini juga sebenarya memisahkan kita antara hidup dan mati. Anda mesti pernah mendengar mengenainya.Sebelum mengakhiri coretan kali ini, abang nak ucapkan terima kasih banyak-banyak kepada Kak Eton tokey restoran Nurfifin di Damansara Aliff JB yang sponser juadah berbuka kita orang setiap hari sepanjang Ramadan. Tahun ni dah masuk tahun ke 4 rasanya. Restoran yang dulu satu kini dah bertambah menjadi 4 buah. Begitulah berkatnya memberi makan dan minum kepada orang-orang yang berpuasa. Perkara tu kan dah tersebut jelas dalam hadis Nabi. Moga bertambah suksess dan selamat berpuasa.Sekian. Wassalam. http://www.djkonti.com/blog/index.php/category/broadcasting-tips21:19, Google, 02.11.2007 21:19:12 |
D. Informasi 4 : Network Manajemen Media
TGL AKSES(dd/mm/yyyy hh:mm:ss) | TEKNIK SEARCHING | HASIL |
02/11/2007 21:19:12 | +ilmu+public relations | Tokoh Public Relations Dunia Berkumpul di Bali TEMPO Interaktif, Jakarta:Sekitar 200 tokoh Public Relations dari 21 negara saat ini berkumpul di Bali untuk mengikuti konferensi regional Asia Pacific International Public Relations Association (IPRA). Konferensi yang bertemakan ?Building Brigde Through Dialogues? ini akan berlangsung 5-6 September. Menurut National Chair IPRA Indonesia Teddy Kharsadi, tema itu dipilih karena globalisasi telah membuat hubungan antar bangsa terasa amat dekat. Selain membuka peluang untuk saling bekerjasama, globalisasi berpotensi menimbulkan konflik akibat kesalahan persepsi. ?Disini kita ingin melihat peran humas untuk mendorong kebersamaan dan menghindari masalah,? tegasnya, Rabu (5/9). Tema itu kemudian dibahas dalam enam isu pokok. Yakni, Etika dalam Public Relations, Dialog dan Diplomasi, Komunikasi Lintas Budaya, Country Branding, Tanggungjawab Sosial Institusi dan Tantangan Global di Tengah Isu Lokal. Digelarnya konferensi IPRA di Bali merupakan yang pertama kalinya di Indonesia sejak PR Indonesia menjadi anggota pada tahun 1985. ?Ini merupakan kesempatan untuk meyakinkan dunia bahwa Bali sangat aman untuk kunjungan wisatawan,? sebut Teddy. Sebab, IPRA merupakan organisasi yang sudah eksis sejak 50 tahun yang lalu dan para anggotanya dipercaya oleh kalangan internasional untuk memberikan saran mengenai kondisi suatu negara. Sementara itu Presiden IPRA 2007 Philip Sheppard menyatakan, dalam konferensi akan dipaparkan mengenai kode etik PR yang baru yang disebut sebagai ?Code Of Brussel 2007?. Dia menyebut, dalam masa kepemimpinannya, masalah etik mendapat perhatian utama, khususnya dalam etika saat seorang PR berperan dalam lobi-lobi internasional. Code of Brussel berisi 20 ketentuan etika yang harus dipegang seorang PR. Dua diantaranya yang sangat penting adalah integritas dan dialog. Prinsip Integritas mengharuskan seorang PR untuk menyampaikan informasi sesuai fakta yang ada, sedang prinsip dialog berarti keharusan untuk memberi kesempatan kepada pihak lain untuk mengungkapkan pikiran dan persepsinya terhadap suatu masalah. Rofiqi Hasan google05.11.2007 15:50:20 |
E. Informasi 3 :penulisan sekenario
TGL AKSES(dd/mm/yyyy hh:mm:ss) | TEKNIK SEARCHIN | HASIL |
02/11/2007 21:19:12 |
Tips masuk dunia jurnalistik (2)Ada sebuah nasihat dari seorang pakar marketing dan karir. Kebanyakan orang untuk mengambil sebuah karir adalah tidak mengambil keputusan. Orang ragu-ragu apakah karir yang akan dimasuki memiliki masa depan baik? Atau cocokkah dengan karakter saya ? Apakah saya mampu ? Saya tidak punya keahlian di bidang ini sebelumnya ? Saya tidak punya pengalaman menulis ? Sang pakar ini memberi nasihat. Putuskanlah terlebih dahulu. Buatlah keputusan. Pilihlah jalan hidup Anda! Demikian apa yang disarankannya. Diterima atau tidak, kadang-kadang kita tidak memutuskan terlebih dahulu mau kemana.Jika Anda memutuskan masuk dunia jurnalistik apakah sebagai wartawan bidang media cetak atau elektronik, segera ambil. Jangan menunggu sampai habis waktu kita. Bertanyalah mengenai prospek di bidang ini kepada sahabat, rekan atau orang yang bisa diminta pertimbangkan.Setelah mengambi keputusan, tuliskanlah. Tuliskan keputusan itu diatas sehelai kertas atau di sebuah file atau di sebuah blog. Tuliskan dengan rinci tujuan Anda dalam karir itu. Tidak menuliskan secara eksplisit untuk keperluan Anda sendiri, maka keputusan itu tidak lain adalah harapan kosong. Jika kita memutuskan sesuatu kemudian menuliskannya, maka energi akan menyatu antara harapan dan kenyataan. Antara apa yang dipikirkan dengan apa yang akan terjadi. Tangan dan pikiran serta seluruh energi dalam tubuh Anda tersalur kedalam tulisan itu. Keputusan tidak akan jadi harapan kosong. Keputusan itu telah menjadi energi.Langkah selanjutnya akan mengikuti keputusan yang ditulis itu. Langkah-langkah berikutnya akan beranjak dari keputusan yang telah ditulis. Tidak percaya ? Coba tuliskan, apa yang Anda kehendaki dengan masuk dunia jurnalistik. Lalu apa langkah-langkah berikutnya. Tanpa ada rincian, sekali lagi keputusan itu tinggal angan-angan Anda. 8 Responses to “Tips masuk dunia jurnalistik (2)”
|
F. Informasi 2 :tv broadcasting
G. Informasi 2 : dunia bisnis
TGL AKSES(dd/mm/yyyy hh:mm:ss) | TEKNIK SEARCHING | HASIL |
02/11/2007 21:19:12 | +dunia bisnis +broadcasting | TRICK MENJADI PENYIAR NEWS TV Dokter Penyiar menyadari bahwa banyak orang yang berminat muncul di TV, tapi hanyasebagian yang mau jadi Penyiar Berita di TV. Apakah kurang prestisius dibandingkanmisalnya pembawa acara Infotainment? Banyak sekali yang bisa ditulis ttg profesi ini,tetapi Dokter Penyiar bisa menyampaikan ringkasannya buat Anda yang berminat terjun:Istilah Ada yang menyebut profesi ini sbg “Newsreader” (1 kata) atau “News Presenter” (2 kata).Istilah “Newscaster” adalah sebutan untuk Broadcaster yang bergerak di bidang News,tapi tidak eksklusif untuk Penyiar TV. Sedangkan “News Anchor” (atau “Anchorwoman”/“Anchorman”) merujuk pada fungsi Penyiar tsb yang menjadi kendali-acara bagi berbagaireporter yang sedang meliput berita di lapangan pada saat bersamaan.Dokter Penyiar merasa bahwa para praktisi kurang menyukai istilah “Newsreader”karena memberi kesan bahwa Penyiar tsb hanya membacakan naskah berita saja,padahal seorang Penyiar berita TV profesional juga turut sibuk mencari beritanya,meng-edit naskahnya dan (seringkali) turut meng-edit videonya. Sedangkan istilah“Berita” bisa diartikan sebagai kejadian nyata yang penting untuk diceritakan segerakepada Pendengar/Pemirsa.Fakta Hakikat program berita yang “aktual” (harus segera disampaikan kepada Pemirsa)menyebabkan seorang Penyiar berita TV harus tampil dalam kondisi “live”, meskipunada sesekali keadaan di mana sang Penyiar terpaksa meminta program beritanya tsbdirekam dulu sebelum diudarakan pada waktunya. Namun secara umum sifat sebuahprogram berita adalah”aktual/up-to-date” dan “tidak ada siaran ulangan” karenasiaran selanjutnya (mis. 1 jam kemudian) harus siap menampilkan berita lebih baru lagi.Sejarah Di Indonesia, pembaca berita TV dipelopori oleh TVRI selama puluhan tahun, dan adaprogramnya yang paling kondang yaitu Dunia Dalam Berita (“DDB”). Secara khusus,TVRI Stasiun Pusat (di Senayan, Jakarta) telah menelurkan berbagai Pengajar Broadcastingyang menyebar mengajar di radio & TV seluruh Indonesia (Bahkan Delta-FM Jakarta masihmemakai pengajar dari TVRI untuk training penyiarnya di tahun 2005!). Beberapa Penyiarasal TVRI pun pindah ke TV Swasta sehingga di tahun 90an sempat timbul kesan bahwaTV Swasta belum pandai menyelenggarakan pelatihan untuk para Penyiarnya. Contohpenyiar TVRI ? Sandrina Malakiano dari TVRI Stasiun Denpasar, pindah ke ANTV lalu keMetro-TV. Ida Arimurti dari TVRI Stasiun Jakarta, lalu ke Radio FeMale dan Delta-FM.Di akhir tahun 80-an, muncullah RCTI dan acara berita Seputar Indonesia yang (tak heran)pernah menguasai pangsa iklan tayang di TV. Zaman sekarang ini semua stasiun TVmerasa harus punya program berita, termasuk stasiun TV yang ngakunya “remaja” dan“lifestyle”. Dokter Penyiar merasa bahwa acara Good Morning-nya Ferdi Hasan di Trans-TVdalah contoh program yang “hybrid” : News sekaligus Human Interest (alias gosip).Peluang Meskipun Anda tidak punya pengalaman sebagai Penyiar radio dan belum punya Sertifikatpelatihan Broadcasting (mis. dari Interstudi atau dari Workshop@Penyiar.com) namunpeluang Anda untuk menjadi pembaca berita TV tetap ada. Acara seperti Menuju Liputan Enamadalah bukti bahwa semua stasiun TV berkepentingan untuk dapat menjaring calon-calonPenyiar berita sebelum dicaplok oleh TV lain. TV asing pun mencari-cari penyiar Indonesia,dan Dokter Penyiar tahu beberapa Penyiar Indonesia yang bahkan bisa tinggal di Hong Kongatau USA (untuk Voice of America) untuk menjalani karirnya sebagai Penyiar berita TV.Yang penting bagi setiap Stasiun TV adalah Anda dapat membuktikan kemampuan diripada saat dilakukan screen-test, simulasi reportase & wawancara di lapangan, dialog di studio,dan menyampaikan berita dari materi yang muncul di Teleprompter. Sedangkan yang pentingbagi Anda adalah persiapan sendiri : latihan mengatasi grogi di depan kamera sertamembekali diri dengan pelatihan Penyiar yang berkualitas. Contoh: Jika ingin jadi penari baletyang handal, tentu Anda harus mencari guru yang telah menghasilkan penari2 balet terbaik.Dokter Penyiar teringat ada seorang gadis yang di tahun 1999 mengambil gelar Masterbidang Broadcasting di Amerika, namun sampai sekarang belum tercapai cita-citanya untukmenjadi Penyiar berita TV. Yang lebih penting dari gelar? Pengalaman (mis. jadilah reporterterlebih dahulu). Yang lebih penting dari pengalaman? Kemampuan (karena ada juga lhoPenyiar baru yang lebih bagus dari seniornya berkat ketekunan dan disiplin dirinya).Tembus ke TV Bagi Anda yang sudah maupun belum terjun di dunia Broadcasting tentu ingin tahu caranyaagar bisa “tembus” ke Stasiun TV yang Anda targetkan. Jangan ragu2 untuk mengirimkanlamaran dan foto (dan VCD rekaman diri, kalau bisa) ke Stasun TV tsb tanpa menunggumasa rekrutmen. Jika Anda terlihat telah membuat dan mengirimkan lamaran tsb dengan niatmaka niscaya mereka akan menyimpannya untuk dipertimbangkan kelak jika waktunya tiba.Dokter Penyiar bisa menyampaikan beberapa kiat untuk membuat mereka tidak terfikiruntuk membuang Surat Lamaran Anda :- Mengantarkan sendiri Surat Lamaran (biar terlihat PD-nya).- Bertemu langsung dengan staf bagian News atau HRD (tebar pesona!).- Ngobrolnya dengan artikulasi jelas dan kecepatan yg nyaman didengar.- Foto diri dgn busana seperti Penyiar TV (yaitu blazer/jas atau yg gelap).- Wajah yg tersenyum (di foto maupun saat Anda mengantar lamaran). – Rekaman diri sbg Penyiar TV (pada format VCD/DVD, bukan MiniDV).- Sertifikat dari pengajar2 yang memang dipercaya oleh Stasiun2 TV.- Selalu meninggalkan kesan positif (dan tidak ngambek jika tak diterima).- Secara umum memancarkan kesan bahwa “kalo gak terima juga nggak apa2 koqkarena masih ada TV lain yang mau terima saya!”Training elain “Diklat TVRI” di Jakarta yang bisa diikuti oleh peserta umum dari seluruh Indonesia,Dokter Penyiar tidak pernah dengar adanya satu tempat yang telah teruji menggemblengkhusus Penyiar berita TV saja. Ada memang beberapa Penyiar berita TV yang menawarkanpelatihan untuk umum, namun biasanya belum ada satupun alumninya yang sukses atauPenyiar tsb belum dipakai sebagai pengajar di stasiun2 TV lainnya. Di U.I. ada PendidikanBroadcasting Terapan untuk Penyiar Radio, Penyiar TV, Staf Creative, dan Account Executive.Sedangkan Eko Junor yang pernah mengajar Penyiar di Trans-TV (2004), Televisi O-Channel(2005) dan ANTV (2005) juga hanya sesekali mengadakan workshop intensif Penyiar Beritadengan 5-7 peserta saja.Tapi jangan khawatir, karena kalaupun Anda (dengan atau tanpa pembelajaran sebelumnya)dianggap cukup layak (karena pendidikan/pengalaman/cantik?) untuk menjadi calon Penyiarberita di Stasiun TV tsb, maka pasti Anda akan tetap diberi sebuah program training.Tidak perlu heran jika para Penyiar senior Anda juga belum pernah menjalani sebuahpelatihan resmi, karena di Indonesia belum terbudaya memanggil professionals dari berbagai keahllian untuk datang ke Stasiun TV dan mengajar para Penyiarnya. Namun nampaknya kemampuan tetap lebih penting daripada gelar maupun cakepnya Anda. Dengan kata lain, indikator akhir tetaplah kemampuan Anda saat menjadi Penyiar di depan kamera! Yang Harus Dikuasai Penyiar Berita TV punya tuntutan khusus yaitu harus mampu “menyampaikan” suatu materibicara yang sebenarnya “dibaca”. Para Penyiar program non-berita juga harus membaca darialat “teleprompter”, namun sifat kaku dalam menyampaikannya bisa mereka tutupi dengangerakan badan dan kepala; sedangkan Penyiar berita cenderung lebih tersiksa dibatasi gerakan tangannya, apalagi kepalanya. Banyak penyiar radio yang pandai ngécap”selama berjam-jam di depan mic, tapi belum tentu ia bisa lancar saat disuruh menyampaikansebuah naskah yang sudah disiapkan oleh orang lain. Dan melihat ke satu itik, pula!Dokter Penyiar merasa bahwa satu trik yang sangat membantu adalah kemampuan mata Andauntuk men-survei jauh ke depan, untuk memberi waktu bagi perangkat ekspresi Anda(wajah, mulut, mata, dll) untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan kata/kalimat yang akandisampaikannya. Karena Penyiar berita biasanya menggunakan bahasa formal, maka Andabisa melatihnya dengan membaca koran atau majalah. Seperti halnya Penyiar acara lainnya,seorang Penyiar Berita pun harus lancar dan nyaman dalam menyampaikan naskah yang sudah disiapkan di teleprompter.Hakikat Siaran Langsung Tidak seperti mayoritas acara lainnya di TV, program Berita hampir selalu disiarkan secara langsung. Kelebihannya dari siarang langsung adalah waktu kerja Anda menjadi singkat :datang dua jam sebelumnya untuk pemakaian make-up (termasuk tata rambut) dan busana, kemudian satu jam sebelumnya memeriksa naskah/teleprompter dan membiasakan diri dengan topik atau istilah2 yang ada dalam naskah2 tsb. Setelah program berita tsb selesai, Anda langsung kembalikan busana siaran kepada bagian Wardrobe dan Anda bisa segera pulang tau bahkan langsung ke pesta (karena tata rambut dan make-up sudah siap-sedia!).Bandingkan dengan program yang direkam : bukan hanya shooting yang bisa terlambat sambil menunggu seluruh crew siap di tempat, namun sang sutradara/pengarah juga leluasa untuk meminta “take-ulang” jika Anda dianggap belum optimal. Alhasil, sebuah acara berdurasi 30menit yang produksinya pre-recorded bisa menghabiskan waktu 6jam,sedangkan sebuah program live hanya memakai 3jam dari hidup Anda. Bagi Anda yang senang “tabrak-lari” dalam mencari nafkah, Dokter Penyiar menganjurkan siaran langsung ketimbang acara yang pre-recorded. Dinamika di Studio Hal paling mengejutkan bagi para Penyiar Radio yang mencoba jadi Penyiar TV adalahtransisi dari studio siaran yang hanya dia seorang diri (dan leluasa berekspresi dengan segila-gilanya) lalu berganti menjadi sebuah studio siaran TV yang dipenuhi oleh petugas2 lainnya, misalnya :- Kamerawan (satu/dua untuk News, hingga tiga untuk program seperti Extravaganza), – Floor Director (menjembatani antara tuntutan Produser dengan kondisi kerja Penyiarnya),- Scriptwriter (utk mengedit teleprompter atau menambahkan materi jika ada Breaking News), – Petugas make-up/wardrobe yang siap menyempurnakan wajah/rambut/busana Anda. – Program Director / Producer (biasanya di ruang Master Control mengawasi urutan item Berita dan menyutradarai programnya secara umum) Kerumitan dan perhatian berbagai orang tsb harus Anda netralisir (baca: cuekin) karena perhatian Anda adalah berinteraksi dengan Audience melalui materi baca. Belum lagi jika ada urutan perpindahan kamera yang harus Anda hafalkan, misalnya Opening di Cam-1, Materi Berita di Cam-2, dan Closing di Cam-3. Sambil ini semua berlangsung, waktu dan siaran berjalan terus sehingga Anda tak pernah boleh lupa atau salah bicara. Floor Director (FD) membantu Anda dalam berbagai hal, misalnya memberi Anda aba-aba “5, 4, 3, 2…”, memeriksa sudut & zoom Camera terhadap Anda, memastikan semua peralatan (mic, kamera, lampu, monitor, dll) bekerja dengan baik, dan mengoperasikan scrolling pada teleprompter. Untuk Program non-news yang besar seperti Gebyar BCA, seorang FD dan asistennya punya tugas tambahan sebagai “cheerleader” dan “applause-prompter” yang memandu penonton agar hening atau bertepuk-tangan. Penyampaian Beritanya Cara seorang Penyiar membaca materi berita dari teleprompter (atau naskah di meja siaran) haruslah seakan-akan dia memahaminya dan mengalaminya sendiri. Jika ia terkesan kaku atau malah terdengar hanya membaca naskah milik orang lain, maka penonton tidak akan terhibur mendengarnya/melihatnya. Pemirsa akan berpikir, “Kalo baca aja sih, saya juga bisa sendiri dari koran!”. Karena asumsi sederhana inilah maka Dokter Penyiar meyakini bahwa berita di TV harus bisa memberi sebuah “pengalaman lebih” dibandingkan yang iterima pemirsa jika ia hanya membacanya (di koran) atau mendengarnya (di radio).Keistimewaan dunia televisi terletak pada kepandaiannya dalam “storytelling” sebuah berita, atau memunculkan video peristiwanya, maupun juga wawancara blak-blakan dengan seorang narasumber yang kompeten. Tuntutan & keinginan pemirsanya harus dipenuhi Stasiun TV tsb. Kalau Anda ingin jadi Penyiar Berita TV tapi tidak mengerti ketiga hal tsb, sebaiknya Anda beralih ke profesi yang tidak terlalu “melayani orang lain”. Melayani melalui Interaksi Lupakan sejenak pertanyaan Vina tentang “The Do’s and the Don’t’s of being a TV Newsreader”, dan pikirkanlah dulu kesediaan Anda untuk terjun ke dunia Broadcasting yang hakekatnyaadalah “melayani pemirsa/pendengar”. Kalau Dokter pikir-pikir lagi, dunia Perhotelan (Hospitality Industry) dan Penyiaran sama-sama menawarkan ”tempat mangkal” yang enak buat target-persons mereka. Bagaimanakah para Hoteliers and Broadcasters menyenangkan para pelanggannya? Dengan memberikan persis apa yang mereka cari! Meskipun penonton berita ingin terutama mencari informasi, namun delivery (penyampaian) tetap menjadi jembatan Penyiar dalam berinteraksi dengan Pemirsanya. Gaya tsb banyak variasinya di Indonesia sehingga ada pemirsa yang “fanatik RCTI” atau ia nonton Metro-TV sekedar karena naksir sama Tommy Cokro. Di luar berbagai bentuk interaksi Penyiar tsb, Dokter Penyiar yakin bahwa jika penyampaian Anda tidak “entertaining” maka pemirsa program Anda akan berkurang dan beralih ke TV/program lainnya. Skilled & Mentally Prepared Guru terbaik memang pengalaman, jadi bagi Anda yang sama sekali belum pernah mencicipi rasanya di depan kamera video atau membaca naskah maka akan kesulitan sekali untuk terjun sebagai Penyiar berita TV. Namun setidak-tidaknya tulisan ini bisa Anda jadikan pegangan awal. Berbagai pelatihan di Penyiar.com maupun dari lembaga-lembaga pendidikan dapat menjadi pilihan Anda untuk mengimbangi “kemauan” Anda dengan “kemampuan” yang seimbang. Jikalaupun Anda diterima untuk training di suatu Stasiun TV maka Anda belum tentu dipakai untuk bertahun-tahun. Lagipula sebagai salah satu dari sekian banyak Penyiar (berita maupun non-news) di Stasiun TV tersebut, Anda tetap akan diarahkan, dibandingkan, dipacu, dan dikomentari oleh orang-orang yang berniat baik maupun tidak. Apakah Anda merasa siap? Dokter Penyiar mengingatkan bahwa tanpa kesiapan mental dan keterampilan maka Anda akan mudah sekali tersisih dalam persaingan untuk tembus ke dunia Broadcasting secara umum dan sebuah Stasiun TV secara khusus. Selamat mencoba dan kita tunggu penampilan Anda di layar kaca! |
H. Informasi 2 : diplomasi public
TGL AKSES(dd/mm/yyyy hh:mm:ss) | TEKNIK SEARCHING | HASIL | ||
02/11/2007 21:19:12 | +diplomasi public +media |
|
I. Informasi 9 : Komunikasi dan Manajemen Media
TGL AKSES(dd/mm/yyyy hh:mm:ss) | TEKNIK SEARCHING | HASIL |
02/11/2007 20:13:19 | +komunikasi +manajemen media | 08 Oktober 2007 – 16:00Media Komunikasi Massa LokalOleh Agus Alfons Duka SVD Dalam tiga kali lokakarya yang diselenggarakan oleh Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) KWI dengan para koordinator komunikasi keuskupan yang berlangsung di Batam pada 16-18 Juli 2007 (untuk wilayah Sumatera), Bali pada 21-23 Agustus 2007 (untuk wilayah Nusra, Jawa dan Kalimantan ) dan di Makassar pada 2-4 Oktober 2007 (untuk wilayah Papua, Sulawesi dan Maluku), sempat dibicarakan cukup panjang tentang bagaimana memanfaatkan media massa modern dalam karya pastoral dan misioner gereja. Sebagai Areopagus jaman modern, semua orang katolik diimbau untuk tidak segan-segan menggunakan media massa modern sebagai sarana ampuh dalam karya kerasulannya. ( bdk Redemptoris Missio no 37; Pesan Paus Yohanes Paulus II pada Hari Komunikasi Sedunia yang ke-39 tahun 2005). Dari ketiga lokakarya itu tampak bahwa hampir semua keuskupan di Indonesia telah memiliki strategi komunikasi dan sarana komunikasi mulai dari cetak (buletin, majalah ), radio, studio audio, website disamping media komunitas lain baik yang bersifat budaya (tarian dan folk song, drama) maupun yang bersifat perjuangan (street teater, poster, dll). Namun kesulitan mulai muncul tatkala para peserta lokakarya menginventarisasi sejumlah rintangan dalam karya pastoral di bidang komunikasi. Biaya maintenance yang mahal, tenaga pengelola media yang terbatas dan kurang profesional, transportasi dan distribusi majalah yang terhambat oleh kurangnnya sarana transportasi, sulitnya medan geografis. Demikian juga infrastruktur lain seperti PLN yang tidak selalu stabil (mati-hidup) sehingga jam mengudaranya radio (on air) tidak lagi tergantung pada rencana jam tayang (prime time) tetapi pada jam beroperasinya PLN, jaringan telekomunikasi yang terputus-putus sehingga website tidak bisa di-update setiap waktu dengan akibat informasi dalam website terkesan basi, dll. Penggunaan media massa yang seharusnya memperingan beban kerja dan meningkatkan hasil kerja, dalam praktiknya justru menghambat dan membebankan kerja kita termasuk karya kerasulan gereja. Dan itu berarti beban biaya menjadi tinggi. Inilah yang disebut sebagai paradoksnya teknologi komunikasi. Berdasarkan paparan situasi tersebut di atas, ada dua aspek yang menurut hemat saya perlu mendapat perhatian yakni memiliki media komunikasi dan menggunakan media komunikasi yang tersedia. Memiliki media komunikasi (massa) modern. Sangat ideal kalau gereja (keuskupan) memiliki sendiri media massa baik cetak maupun elektronik dan virtual. Karena dengan demikian, gereja dapat dengan lebih mudah menyusun strategi pastoral komunikasi yang lebih teratur dan terarah serta merencanakan pasokan isi (content) yang sesuai dengan spiritualitas (ideologi) yang dianut. Juga dengan menjadi pemilik media komunikasi, para pengelola bisa dengan leluasa memilih format-kemasan yang sesuai, pilihan timing yang tepat dan khalayak sasar yang lebih tertuju. (…..)(Agus Alfons Duka, SVD, Sekretaris Eksekutif Komsos KWI) http://mirifica.net/wmview.php?ArtID=441920:56, Google, 02.11.2007 20:13:19 |
J. Informasi 10 : Komunitas Manajemen Media
TGL AKSES(dd/mm/yyyy hh:mm:ss) | TEKNIK SEARCHING | HASIL |
02/11/2007 20:13:19 | +komunitas +manajemen media | 09 February, 2007Manajemen media massa perlu ditingkatkan Samarinda, Kompas – Belanja masyarakat Indonesia untuk media cetak saat ini masih sangat rendah. Data yang dimiliki Serikat Penerbit Surat Kabar menunjukkan, masyarakat Indonesia lebih banyak membelanjakan uang untuk membeli rokok dibandingkan membeli media cetak. Hal itu juga menunjukkan, pemasaran yang dilakukan perusahaan rokok jauh lebih berhasil dibandingkan dengan perusahaan media massa.”Empat tahun lalu kami menemukan fakta, spending untuk surat kabar Rp 4,9 triliun per tahun. Spending untuk rokok Rp 150 triliun per tahun,” kata anggota Serikat Penerbit Surat Kabar Leo Batubara dalam Konvensi Nasional Media Massa di Samarinda, Kamis (8/2).Konvensi digelar dalam rangka memperingati Hari Pers Nasional (HPN) yang akan digelar hari Jumat ini. Menurut rencana, peringatan HPN ini akan dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla. Leo menambahkan, kemampuan memasarkan media cetak tidak terlepas dari kondisi manajemen media massa. Dua tahun lalu, misalnya, hanya 30 persen media massa yang dinilai sehat secara bisnis.Dalam kesempatan itu, Direktur Utama TransTV dan Trans7 Ishadi SK menyampaikan 10 kiat yang dapat digunakan untuk mengatasi kelemahan manajemen media cetak dan media elektronik. Kiat-kiat tersebut antara lain perlu melakukan studi pasar yang komprehensif dan mendalam agar perencanaan bisnis akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.Jika harus mencari investor, katanya, haruslah dicari yang memiliki visi dan misi sesuai dengan medianya. Media massa juga harus berani mengambil peluang usaha dengan memanfaatkan teknologi informasi serta konsisten meningkatkan kualitas.Pengajar Ilmu Komunikasi dari Universitas Gadjah Mada Amir E Siregar menyatakan, media massa bisa dibedakan menjadi media yang berorientasi bisnis dan yang punya misi perjuangan/idealisme. Meski demikian, keduanya tidak bisa dipertentangkan karena media di Indonesia adalah perjuangan dengan konsekuensi bisnis. (BRO/YNS) http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0702/09/utama/3303332.htm, 20:56, Google, 02.11.2007 20:13:19 |
K. Informasi 1 : Universitas dan Manajemen Media
TGL AKSES(dd/mm/yyyy hh:mm:ss) | TEKNIK SEARCHING | HASIL |
02/11/2007 20:13:19 | +universitas +manajemen media | :: Prospek Lapangan Kerja :: Banyak peluang kerja profesi komunikasi jika Anda memilih kuliah di Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia. 1. Konsentrasi Manajemen Media a. Manajer/ Pengelola media komersial dan komunitas b. Manajer Produksi dan Komunikasi Pemasaran Media c. Konsultan Manajemen Media Komersial dan Media Komunitas. 2. Konsentrasi Public Relations 1. Public Relation Officer di instansi pemerintah, perusahaan swasta, media massa dan institusi/organisasi profesional 2. Media Relation Officer atau juru bicara instansi pemerintah,perusahaan swasta, media massa dan institusi/organisasi profesional 3. Analisis media/perencana media (Media Planner) 3. Konsentrasi Jurnalistik 1. Wartawan surat kabar, majalah, tabloid, radio, televisi dan media online 2. Editor berita surat kabar, majalah, tabloid, televisi, radio dan media online 3. Presenter, Kamerawan, Script Writer program di televisi, radio dan agen promosi kehumasan. 4. Konsentrasi Broadcasting a. Dai b. Penyiar radio/televisi c. Konsultan multimedia d. Selebritis: Sutradara, pembuat film, artis http://www.uii.ac.id/index.asp?u=331&b=I&v=1&j=I&id=8 20:56, Google, 02.11.2007 20:13:19 |
L. Informasi 2 : Komunitas Manajemen Media
TGL AKSES(dd/mm/yyyy hh:mm:ss) | TEKNIK SEARCHING | HASIL |
02/11/2007 20:13:19 | +komunitas +manajemen media | 09 February, 2007Manajemen media massa perlu ditingkatkan Samarinda, Kompas – Belanja masyarakat Indonesia untuk media cetak saat ini masih sangat rendah. Data yang dimiliki Serikat Penerbit Surat Kabar menunjukkan, masyarakat Indonesia lebih banyak membelanjakan uang untuk membeli rokok dibandingkan membeli media cetak. Hal itu juga menunjukkan, pemasaran yang dilakukan perusahaan rokok jauh lebih berhasil dibandingkan dengan perusahaan media massa.”Empat tahun lalu kami menemukan fakta, spending untuk surat kabar Rp 4,9 triliun per tahun. Spending untuk rokok Rp 150 triliun per tahun,” kata anggota Serikat Penerbit Surat Kabar Leo Batubara dalam Konvensi Nasional Media Massa di Samarinda, Kamis (8/2).Konvensi digelar dalam rangka memperingati Hari Pers Nasional (HPN) yang akan digelar hari Jumat ini. Menurut rencana, peringatan HPN ini akan dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla. Leo menambahkan, kemampuan memasarkan media cetak tidak terlepas dari kondisi manajemen media massa. Dua tahun lalu, misalnya, hanya 30 persen media massa yang dinilai sehat secara bisnis.Dalam kesempatan itu, Direktur Utama TransTV dan Trans7 Ishadi SK menyampaikan 10 kiat yang dapat digunakan untuk mengatasi kelemahan manajemen media cetak dan media elektronik. Kiat-kiat tersebut antara lain perlu melakukan studi pasar yang komprehensif dan mendalam agar perencanaan bisnis akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.Jika harus mencari investor, katanya, haruslah dicari yang memiliki visi dan misi sesuai dengan medianya. Media massa juga harus berani mengambil peluang usaha dengan memanfaatkan teknologi informasi serta konsisten meningkatkan kualitas.Pengajar Ilmu Komunikasi dari Universitas Gadjah Mada Amir E Siregar menyatakan, media massa bisa dibedakan menjadi media yang berorientasi bisnis dan yang punya misi perjuangan/idealisme. Meski demikian, keduanya tidak bisa dipertentangkan karena media di Indonesia adalah perjuangan dengan konsekuensi bisnis. (BRO/YNS) http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0702/09/utama/3303332.htm, 20:56, Google, 02.11.2007 20:13:19 |
M. Informasi 3 : Komunikasi dan jurnalistik
TGL AKSES(dd/mm/yyyy hh:mm:ss) | TEKNIK SEARCHING | HASIL |
02/11/2007 20:13:19 | +komunikasi +jurnalistik | 08 Oktober 2007 – 16:00Media Komunikasi Massa LokalOleh Agus Alfons Duka SVD Dalam tiga kali lokakarya yang diselenggarakan oleh Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) KWI dengan para koordinator komunikasi keuskupan yang berlangsung di Batam pada 16-18 Juli 2007 (untuk wilayah Sumatera), Bali pada 21-23 Agustus 2007 (untuk wilayah Nusra, Jawa dan Kalimantan ) dan di Makassar pada 2-4 Oktober 2007 (untuk wilayah Papua, Sulawesi dan Maluku), sempat dibicarakan cukup panjang tentang bagaimana memanfaatkan media massa modern dalam karya pastoral dan misioner gereja. Sebagai Areopagus jaman modern, semua orang katolik diimbau untuk tidak segan-segan menggunakan media massa modern sebagai sarana ampuh dalam karya kerasulannya. ( bdk Redemptoris Missio no 37; Pesan Paus Yohanes Paulus II pada Hari Komunikasi Sedunia yang ke-39 tahun 2005). Dari ketiga lokakarya itu tampak bahwa hampir semua keuskupan di Indonesia telah memiliki strategi komunikasi dan sarana komunikasi mulai dari cetak (buletin, majalah ), radio, studio audio, website disamping media komunitas lain baik yang bersifat budaya (tarian dan folk song, drama) maupun yang bersifat perjuangan (street teater, poster, dll). Namun kesulitan mulai muncul tatkala para peserta lokakarya menginventarisasi sejumlah rintangan dalam karya pastoral di bidang komunikasi. Biaya maintenance yang mahal, tenaga pengelola media yang terbatas dan kurang profesional, transportasi dan distribusi majalah yang terhambat oleh kurangnnya sarana transportasi, sulitnya medan geografis. Demikian juga infrastruktur lain seperti PLN yang tidak selalu stabil (mati-hidup) sehingga jam mengudaranya radio (on air) tidak lagi tergantung pada rencana jam tayang (prime time) tetapi pada jam beroperasinya PLN, jaringan telekomunikasi yang terputus-putus sehingga website tidak bisa di-update setiap waktu dengan akibat informasi dalam website terkesan basi, dll. Penggunaan media massa yang seharusnya memperingan beban kerja dan meningkatkan hasil kerja, dalam praktiknya justru menghambat dan membebankan kerja kita termasuk karya kerasulan gereja. Dan itu berarti beban biaya menjadi tinggi. Inilah yang disebut sebagai paradoksnya teknologi komunikasi. Berdasarkan paparan situasi tersebut di atas, ada dua aspek yang menurut hemat saya perlu mendapat perhatian yakni memiliki media komunikasi dan menggunakan media komunikasi yang tersedia. Memiliki media komunikasi (massa) modern. Sangat ideal kalau gereja (keuskupan) memiliki sendiri media massa baik cetak maupun elektronik dan virtual. Karena dengan demikian, gereja dapat dengan lebih mudah menyusun strategi pastoral komunikasi yang lebih teratur dan terarah serta merencanakan pasokan isi (content) yang sesuai dengan spiritualitas (ideologi) yang dianut. Juga dengan menjadi pemilik media komunikasi, para pengelola bisa dengan leluasa memilih format-kemasan yang sesuai, pilihan timing yang tepat dan khalayak sasar yang lebih tertuju. (…..)(Agus Alfons Duka, SVD, Sekretaris Eksekutif Komsos KWI) http://mirifica.net/wmview.php?ArtID=441920:56, Google, 02.11.2007 20:13:19 |
N. Informasi 4 : Network Manajemen Media
TGL AKSES(dd/mm/yyyy hh:mm:ss) | TEKNIK SEARCHING | HASIL |
02/11/2007 20:13:19 | +network +manajemen media | Mengintegrasikan Media Kampus Hiruk-pForum Media Kampus di Jogjaikuk media kampus (baca: media yang dikelola staf pengajar dan humas kampus) nampaknya tidak segegap-gempita pers mahasiswa yang dalam sejarah perjalanannya memang memiliki kait-mengait dengan aktivisme gerakan politik mahasiswa. Sejak di masa Orde Baru hingga era reformasi ini. Lazimnya di sebuah kampus, kehadiran media kampus merupakan sebuah keniscayaan, mengingat kampus sebagai wahana pengembangan keilmuan, membutuhkan medium untuk menyebarkan gagasan perkembangan ilmu maupun aktivitas lain di kampus bersangkutan. Sungguh pun demikian, popularitas media kampus harus diakui tidak sebesar pers mahasiswa. Padahal, dari sisi bentuk dan populasinya, media kampus tidak kalah dengan pers mahasiswa. Mulai dari jurnal, majalah bulanan, radio kampus, TV kampus, hingga situs web. Apa yang menyebabkan popularitas media kampus masih tertinggal dari pers mahasiswa? Harus diakui, meskipun kampus perguruan tinggi merupakan gudang dari pakar-pakar di bidang manajemen dan komunikasi, tidak dengan serta-merta mampu menjadikan pengelolaan (manajemen) media kampus bergerak sangat progresif, dalam konteks kualitas, kemasan, maupun “pemasaran”. Jamak diketahui, pada umumnya media-media kampus yang berserak di ratusan kampus se-Indonesia, masih dikelola secara sederhana. Sedikit sekali mendapati media kampus yang dikelola secara modern dan profesional. Dengan sudut pandang cara pengelolaan yang masih konvensional demikian, denyut kehidupan media kampus memang tidak terlalu meriah. Berbeda dengan pers mahasiswa yang masih –sekurangnya— menyisakan bara idealisme para pengelolanya. Meskipun sama-sama memiliki kendala keterbatasan finansial. Kerapkali saya mempertanyakan, apakah secara eksistensial media kampus yang berada di lingkungan kampus, juga hanya diposisikan sebagai ruang bereksperimen semata, sehingga pengelolaannya pun menjadi kurang optimal? Wajar bagi sebuah kampus untuk menyemai pelbagai eksperimentasi, sebagai wujud dari pengembangan keilmuan yang diemban seluruh civitas akademika, khususnya para staf pengajar. Namun, apakah tidak memungkinkan mengembangkan manajemen media kampus lebih maju lagi dengan segala keterbatasan yang ada selama ini? Menurut saya, peluang bagi pengembangan manajemen media kampus sungguh masih terbuka lebar. Mari kita singkirkan dulu aspek keterbatasan dana. Dan mencoba membedahnya dari sumber-sumber non finansial. Awalnya adalah Visi dan MisiSecara fundamental, maju tidaknya perkembangan sebuah media –apapun itu, termasuk media kampus—sangat bergantung dari visi dan misi pengelolaan media bersangkutan. Hendak diarahkan ke mana penerbitan media tersebut? Dalam konteks media kampus, saya membayangkan media tersebut mesti diorientasikan kepada dua sasaran (segmen) pembaca yang relevan. Secara internal, ia adalah ruang bagi interaksi antar civitas akademika. Sementara secara eksternal, ia merupakan bagian dari strategi pencitraan kampus bersangkutan. Dengan demikian, posisioning media kampus adalah sebuah media komunitas bagi sasaran pembaca warga kampus, maupun untuk sasaran (segmen) pembaca masyarakat intelektual di luar kampus. Khususnya mereka yang memiliki ikatan langsung (alumni) maupun tidak langsung (stakeholders non alumni). Jika ini menjadi pijakan untuk dikembangkan sebagai basis pengelolaan, maka pengelola media kampus akan lebih mudah dalam mendesain konten dan kemasan media yang akan disajikan. Misalnya, format media kampus tersebut berbentuk jurnal. Sudah barang tentu, ia akan dikemas dalam kaidah-kaidah sebuah jurnal yang standar. Meskipun demikian, di era komodifikasi citra seperti sekarang ini, sebuah jurnal ilmiah pun tidak luput dari tuntutan untuk menampilkan citra produk yang (semi) populer. Ini bisa disiasati melalui penampilan kulit muka jurnal yang lebih eyecatching, misalnya. Sementara isinya tetap memiliki bobot lazimnya sebuah jurnal ilmiah. Adapun media kampus non-jurnal, dalam pandangan saya jauh lebih leluasa untuk dieksplorasi dengan sejumlah gaya dan cara penampilan yang populer. Apabila sekarang dalam ranah media lokal komersial dikenal sebuah teori baru (Shaping the Future of Newspaper Report, 2007) bernama 4Ns –Newspapers, Neighbours, Niche and Network– maka media kampus harus mampu menjadikan dirinya menjadi “media super lokal”. Pendekatan atau strategi 4Ns tersebut mengandaikan bahwa media-media komersil lokal kini harus mengubah orientasinya semakin tajam dan fokus lagi terhadap market di lingkungannya. Dalam teori komunikasi, dikenal sebutan market yang semakin narrow (jamak dipraktikkan pada media broadcast). (…) http://asmono28.wordpress.com/2007/08/24/mengintegrasikan-media-kampus/20:56, Google, 02.11.2007 20:13:19 |
O. Informasi 5 : Televisi dan Manajemen Media
TGL AKSES(dd/mm/yyyy hh:mm:ss) | TEKNIK SEARCHING | HASIL |
05.11.2007 15:32:20 | +televisi +manajemen media |
Yahudi, Diktator Media Massa DuniaPosted in Politik, Tsaqofah by oleh on the May 6th, 2007 |
P. Informasi 6 : Public Relation Online
TGL AKSES(dd/mm/yyyy hh:mm:ss) | TEKNIK SEARCHING | HASIL |
11/5/2007 3:49:25 PM | +online +public relation | Mengapa Anda harus beli buku ini? Tahukah Anda bahwa MEREK (brand) dapat dibangun dengan cepat lewat jalur Public Relations, bukan lewat iklan.Iklan berfungsi setelah suatu merek dibangun, jadi iklan berfungsi untuk mempertahankan merek.Dengan adanya teknologi internet maka ini menghadirkan media dengan platform lain yaitu media online, karena itu para praktisi PR dihadapkan dengan tantangan bagaimana memanfaatkan media interaktif ini. Karena itu buku ini akan mengupas habis :1. Bagaimana branding online dapat diterapkan lewat email, milis, newsgroup, autoresponder, ezine, direct email, iklan online dan alat-alat komunikasi pemasaran lain di dunia online. 2. Bagaimana mempublikasikan dan mengembangkan e-publishing untuk branding. 3. Tak kalah penting…membangun dan mempertahankan merek dan reputasi lewat situs pencari, dan search online directory serta mengalahkan kompetitor di dunia online. 4. Bagaimana membangun media relations online yang efektif dalam skala lokal dan global. 5. Membidik calon pembeli lewat keyword yang mereka ketikkan. http://bjoconsulting.blogs.com/bjo/google05.11.2007 15:36:40 |
Q. Informasi 7 : Peran Public Relation
TGL AKSES(dd/mm/yyyy hh:mm:ss) | TEKNIK SEARCHING | HASIL |
11/5/2007 3:49:35 PM | +peran +public relation | Bukan Belanja Iklan, tapi Maksimalkan PRJudul: Public Relations: Kajian, Program dan Implementasi Penulis: Kustadi Suhandang Editor: Mathori Al-Elwa Penerbit: Nuansa Cendekia Bandung, Mei 2004 Tebal: 248 Halaman P ERTENGAHAN tahun 2003 lalu, Philip Kotler pernah melontarkan gagasan kepada para bisnisman, agar mulai memindahkan lebih banyak anggaran iklan untuk mendanai operasional Public Relations (selanjutnya baca: PR).Menurutnya, belanja iklan di tengah maraknya saluran informasi, televisi, koran, dan radio, sudah tidak lagi efektif sebagaimana lima tahun sebelumnya. Sebab, pemirsa dengan mudahnya memindahkan chanel saat iklan diputar. Lain dari itu, Kotler juga mengatakan, ada sembilan dari sepuluh konsultan PR besar di dunia sekarang ini ternyata dimiliki oleh biro-biro iklan.Dengan kata lain, gagasan Kotler itu ingin mengatakan bahwa hubungan antara perusahaan dengan pihak luar, – baik menyangkut produk maupun citra perusahaan, sangat ditentukan oleh peranan PR yang dikelola suatu perusahaan dengan peranan PR-nya.Rasanya, gagasan Kotler tersebut akan terjawab meyakinkan melalui buku ini. Melalui keseriusan riset dan pengalamannya bertahun-tahun sebagai akademisi dan praktisi PR, Kusnadi Suhandang ingin menekankan pentingnya paradigma baru memandang seluk beluk PR mulai dari konsep dasar, visi, dan implementasinya.Sebagai bagian dari manajemen perusahaan/organisasi, PR berorientasi pada aktivitas yang dilakukan oleh industri, perusahaan, perserikatan, organisasi sosial, atau jawatan pemerintah, untuk menciptakan dan memelihara hubungan yang sehat dan bermanfaat dengan maksud menyesuaikan dirinya pada keadaan sekeliling dan memperkenalkan diri pada masyarakat. (halaman 46).http://aufklarung.wordpress.com/2004/10/30/bukan-belanja-iklan-tapi-maksimalkan-pr/google11/5/2007 3:41:36 PM |
R. Informasi 8 : Peran jurnalistik
TGL AKSES(dd/mm/yyyy hh:mm:ss) | TEKNIK SEARCHING | HASIL | |||
11/5/2007 3:49:42 PM | +peran +jurnalistik |
Halo para penulis, Setelah ditugaskan di bagian marketing communication, saya banyak mencari buku yang ada kaitannya dengan humas dan marketing. Lumayan banyak buku yang saya beli. Salah satunya adalah yang ingin juga saya tawarkan ke teman-teman. Judulnya, “Public Relation, pendekatan teoritis dan praktis”. Judul: Public Relation Writing: Pendekatan Teoritis dan PraktisPengarang: Dr.Yosal Iriantara dan A. Yani Surachman, S.Sos.Penerbit: Simbiosa Rekatama Media Tahun terbit: Desember 2006Jumlah halaman: 244 + viiiHarga: Rp. 40 ribu. (Di luar jakarta, plus ongkos kirim Rp 5.000).Bagian I: Pendekatan Teoritis· (1) Pendahuluan (proses PR, media relations, menulis dalam konteks PR, PR writing dan komponen komunikasi)· (2) Strategi PR Writing (model komunikasi korporat, identifikasi permasalahan, Menetapkan Tujuan, (analisis khalayak sasaran, memilih media, strategi pers, evaluasi)· (3) Teknik Penulisan (hakikat komunikasi tertulis, proses komunikasi tertulis, menyusun komunikasi tertulis)Bagian II: Pendekatan Praktis· (1) Menulis Siaran Pers (pengertian berita, nilai berita, anatomi berita, teknik menulis berita)· (2) Menulis Artikel (definisi artikel, jenis-jenis artikel, tujuan artikel, anatomi artikel, teknis penulisan artikel)· (3) Menulis Advertorial (pengertian advertorial, jenis dan sifat advertorial, fungsi dan tujuan advertorial, anatomi advertorial, teknik advertorial)· (4) Menulis Naskah Brosur (pengertian brosur, jenis-jenis brosur, merancang brosur, naskah brosur)· (5) Menulis / Membalas Surat Pembaca · (6) Menulis Naskah Pidato (pengertian pidato, jenis-jenis pidato, tujuan pidato, teknik penulisan naskah pidato)· (7) Menulis Buku (jenis-jenis buku organisasi, skema penerbitan, langkah-langkah menulis buku)· (8) Beberapa saran PR Writing http://mochusni.multiply.com/journalgoogle11/5/2007 3:46:04 PM |
S. Informasi 9 : Praktisi Public reletion
TGL AKSES(dd/mm/yyyy hh:mm:ss) | TEKNIK SEARCHING | HASIL |
11/5/2007 3:49:42 PM | +praktisi +public relation | CYBER PUBLIC RELATIONS Strategi Membangun dan Mempertahankan Merek Global di Era Globalisasi Lewat Media Online ditulis oleh : Bob Julius Onggo Mengapa Anda harus beli buku ini? Tahukah Anda bahwa MEREK (brand) dapat dibangun dengan cepat lewat jalur Public Relations, bukan lewat iklan.Iklan berfungsi setelah suatu merek dibangun, jadi iklan berfungsi untuk mempertahankan merek.Dengan adanya teknologi internet maka ini menghadirkan media dengan platform lain yaitu media online, karena itu para praktisi PR dihadapkan dengan tantangan bagaimana memanfaatkan media interaktif ini. Karena itu buku ini akan mengupas habis :1. Bagaimana branding online dapat diterapkan lewat email, milis, newsgroup, autoresponder, ezine, direct email, iklan online dan alat-alat komunikasi pemasaran lain di dunia online. 2. Bagaimana mempublikasikan dan mengembangkan e-publishing untuk branding. 3. Tak kalah penting…membangun dan mempertahankan merek dan reputasi lewat situs pencari, dan search online directory serta mengalahkan kompetitor di dunia online. 4. Bagaimana membangun media relations online yang efektif dalam skala lokal dan global. 5. Membidik calon pembeli lewat keyword yang mereka ketikkan. http://www.bjoconsulting.com/cyber_pr.htmgoogle11/5/2007 3:56:55 PM |
T. Informasi 10 :wartawan karir
TGL AKSES(dd/mm/yyyy hh:mm:ss) | TEKNIK SEARCHING | HASIL | ||||||
11/5/2007 4:02:00 PM | +jurnalistik |
|
Leave a comment